Tugas Hukum Islam
Asas-asas Hukum Islam
Asas-asas Hukum Islam
Disusun oleh:
Muhammad Aby Pramana B1A013020
Muhammad Aby Pramana B1A013020
Muhammad Yusuf Hadi H A B1A013050
Kata
Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberkian karunia dan rahmat-nya kepada kita semua sehingga kita dapat
melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan baik.
Selain itu,tidak lupa pula kita kirimkan
sholawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW karena berkat perjuangan
beliaulah kita dapat menikmati dunia yang penuh dengan kemajuan teknologi dan
ilmu pengetahuan.
Karya
tulis ini saya angkat menjadi sebuah tema karena saya menganggap bahwa macam asas-asas
hukum Islam saat ini sedang ramai-ramainya dibicarakan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan
makalah ini. Hingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis
berharap dengan karya tulis ini penulis mendapatkan nilai yang baik.
Bengkulu,
Mei 2014
Penulis
Bab I: Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan
sehari-hari, kita tidak bisa melepaskan diri dari aktivitas-aktivitas yang
bernuansa hukum. Selama kita melakukan suatu aktivitas, kita berarti melakukan
tindakan hukum. Permasalahannya adalah, tidak banyak orang yang menyadari bahwa
dirinya telah melakukan aktivitas hukum. Agar kita menyadari dan memahami bahwa
kita telah melakukan aktivitas hukum, maka kita harus memahami apa dan
bagaimana sebenarnya hukum itu.
Setiap
Muslim seharusnya (atau bisa dikatakan wajib) memahami hukum dan
permasalahannya, khususnya hukum Islam. Aktivitas seorang Muslim sehari-hari
tidak bisa lepas dari permasalahan hukum Islam, baik ketika dia melakukan
ibadah kepada Allah atau ketika dia melakukan hubungan sosial (muamalah) di
tengah-tengah masyarakat. Permaslahan yang muncul sama seperti di atas, yakni
tidak sedikit kaum Muslim yang belum memahami hukum Islam, bahkan sama sekali
tidak memahaminya, sehingga aktivitasnya banyak yang belum sesuai atau
bertentangan dengan ketentuan hukum Islam.
Memahami
hukum Islam secara mendalam bukanlah pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan
kualifikasi yang cukup untuk melakukan hal itu dan juga membutuhkan waktu yang
tidak sebentar. Untuk melaksanakan hukum Islam diperlukan pemahaman yang benar
terhadap hukum Islam. Pemahaman terhadap hukum Islam masih menyisakan berbagai
persoalan, mulai dari pemahaman istilah atau konsep hukum Islam itu sendiri dan
beragamnya pendapat yang ada dalam setiap persoalan hukum Islam.
Tulisan ini
tidak berpretensi mengungkap segala persoalan terkait dengan hukum Islam. Untuk
melakukan hal ini dibutuhkan usaha keras dan waktu yang cukup lama. Tulisan ini
hanya akan mengungkap hal-hal penting terkait dengan persoalan hukum Islam. Khususnya mengenai asas-asas dalam hukum islam.
B.
Pembahasan
Asas-asas hukum islam
Asas berasal
dari bahasa Arab (Asasun) yang artinya dasar, basis, pondasi. Jika dihubungkan
dengan hukum maka asas adalah kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan
berfikir dan alasan pendapat, terutama dalam penegakan dan pelaksanaan hukum.
1. Asas-asas umum
a. Asas keadilan
Dalam
Surat Shad (38) ayat 26 Allah memerintahkan penguasa, penegak hukum sebagai
khlaifah di bumi untuk menyelenggarakan hukum sebaik-baiknya, berlaku adil
terhadap semua manusia tanpa memandang asal-usul, kedudukan, agama dari si
pencari keadilan itu.
b. Asas kepastian hukum
Artinya
tidak ada suatu perbuatan pun dapat dihukum kecuali atas kekuatan
peraturan-perundang-undangan yang ada dan berlaku pada waktu itu.
c. Asas kemanfaatan
Asas
ini merupakan asas yang mengiringi asas keadilan dan kepastian hukum dimana
dalam melaksanakan kedua asas tersebut seyogyanya dipertimbangkan asas
kemanfaatan baik bagi yang bersangkutan maupun bagi masyarakat.
2. Asas dalam lapangan hukum pidana
a. Asas legalitas
2. Asas dalam lapangan hukum pidana
a. Asas legalitas
Artinya
tidak ada pelanggaran dan tidak ada hukuman sebelum ada undang-undang yang
mengaturnya.
b. Asas larangan memindahkan kesalahan pada orang lain
b. Asas larangan memindahkan kesalahan pada orang lain
Ini
berarti bahwa tidak boleh sekali-kali beban (dosa) seseorang dijadikan beban
(dosa) orang lain. Orang tidak dapat dimintai memikul tanggung jawab terhadap
kejahatan atau kesalahan yang dilakukan orang lain. Karena pertangungjawaban
pidana itu induvidual sifatnya maka tidak dapat dipindahkan kepada orang lain.
c. Asas praduga tak bersalah
c. Asas praduga tak bersalah
Seseorang
yang dituduh melakukan suatu kejahatan harus dianggap tidak bersalah sebelum
hakim dengan bukti-bukti yang menyakinkan menyatakan dengan tegas kesalahannya
itu.
3. Asas dalam lapangan hukum perdata
a. Asas kebolehan (mubah)
3. Asas dalam lapangan hukum perdata
a. Asas kebolehan (mubah)
Asas
ini menunjukkan kebolehan melakukan semua hubungan perdata sepanjang hubungan
itu tidak dilarang oleh Qur’an dan Sunnah. Islam memberikan kesempatan luas
kepada yang berkepentingan untuk mengembangkan bentuk dan macam hubungan
perdata (baru) sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan masyarakat.
b. Asas kemaslahatan hidup
b. Asas kemaslahatan hidup
Asas
ini mengandung makna bahwa hubungan perdata apa pun juga dapat dilakukan asal
hubungan itu mendatangkan kebaikan , berguna serta berfaedah bagi kehidupan
manusia pribadi dan masyarakat kendatipun tidak ada ketentuannya dalam Qur’an
dan Sunnah.
c. Asas kebebasan dan kesukarelaan
c. Asas kebebasan dan kesukarelaan
Asas
ini mengandung makna bahwa setiap hubungan perdata harus dilakukan secara bebas
dan sukarela. Kebebasan kehendak kedua belah pihak melahirkan kesukarelaan
dalam persetujuan harus senantiasa diperhatikan.
d. Asas menolak mudharat dan mengambil manfaat
d. Asas menolak mudharat dan mengambil manfaat
Asas
ini mengandung makna bahwa harus dihindari segala bentuk hubungan perdata yang
mendatangkan kerugian dan mengembangkan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan
masyarakat.
e. Asas kebajikan
e. Asas kebajikan
Asas
ini mengandung pengertian bahwa setiap hubungan perdata itu harus mendatangkan
kebajikan (kebaikan) kepada kedua belah pihak dan fihak ketiga dalam
masyarakat.
f. Asas kekeluargaan atau asas kebersamaan yang sederajat
f. Asas kekeluargaan atau asas kebersamaan yang sederajat
Asas
hubungan perdata yang disandarkan pada rasa hormat menghormati , kasih
mengasihi serta tolong menolong dalam mencapai tujuan bersama.
g. Asas adil dan berimbang
g. Asas adil dan berimbang
Asas
ini mengandung makna bahwa hubungan keperdataan tidak boleh mengandung unsur
penipuan, penindasan, pengambilan kesempatan pada waktu pihak lain sedang
kesempitan.
h. Asas mendahulukan kewajiban dari hak
h. Asas mendahulukan kewajiban dari hak
Para
pihak harus mengutamakan penunaian kewajiban lebih dahulu dari pada menuntut
hak. Asas ini merupakan kondisi hukum yang mendorong terhindarnya wanprestasi
atau ingkar janji.
i. Asas larangan merugikan diri sendiri dan orang lain
i. Asas larangan merugikan diri sendiri dan orang lain
Para
pihak yang mengadakan hubungan perdata tidak boleh merugikan diri sendiri dan
orang lain dalam hubungan perdatanya itu.
j. Asas kemampuan berbuat atau bertindak
j. Asas kemampuan berbuat atau bertindak
Pada
dasarnya setiap manusia dapat menjadi subjek dalam hubungan perdata jika ia
memenuhi syarat untuk bertindak mengadakan hubungan itu. Dalam hukum islam
manusia yang dipandang mampu berbuat atau bertindak melakukan hubungan perdata
ialah mereka yang mukallaf, artinya mereka yang mampu memikul hak dan
kewajiban. Penyimpangan terhadap asas ini menyebabkan hubungan perdatanya
batal.
k. Asas kebebasan berusaha
k. Asas kebebasan berusaha
Pada
dasarnya setiap orang bebas berusaha untuk menghasilkan sesuatu yang baik bagi
dirinya sendiri dan keluarganya.
l. Asas mendapatkan sesuatu karena usaha dan jasa
l. Asas mendapatkan sesuatu karena usaha dan jasa
Usaha
dan jasa disini haruslah usaha dan jasa yang baik yang mengandung kebajikan,
bukan usaha dan jasa yang mengandung unsur kejahatan, keji dan kotor.
m. Asas perlindungan hak
m. Asas perlindungan hak
Semua
hak yang diperoleh seseorang dengan jalan halal dan sah, harus dilindungi. Bila
hak itu dilanggar oleh salah satu pihak dalam hubungan perdata, fihak yang
dirugikan berhak untuk menuntut pengembalian hak itu atau menuntut kerugian
pada pihak yang merugikannya.
n. Asas hak milik berfungsi sosial
n. Asas hak milik berfungsi sosial
Hak
milik tidak boleh dipergunakan hanya untuk kepentingan pribadi pemiliknya saja,
tetapi juga harus diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial.
o. Asas yang beritikad baik harus dilindungi
o. Asas yang beritikad baik harus dilindungi
Orang
yang melakukan perbuatan tertentu bertangung jawab atau menanggung resiko
perbuatannya itu. Tetapi jika ada pihak yang melakukan suatu hubungan perdata
tidak mengetahui cacat yang tersembunyi dan mempunyai iktikad baik dalam
hubungan perdata itu kepentingannya harus dilindungi dan berhak untuk menuntut
sesuatu jika ia dirugikan karena iktikad baiknya itu.
p. Asas resiko dibebankan pada harta tidak pada pekerja.
p. Asas resiko dibebankan pada harta tidak pada pekerja.
Jika
perusahaan merugi maka menurut asas ini kerugian itu hanya dibebankan pada
pemilik modal atau harta saja tidak pada pekerjanya. Ini berarti bahwa pemilik
tenaga dijamin haknya untuk mendapatkan upah sekurang-kurangnya untuk jangka
waktu tertentu, setelah ternyata perusahaan menderita kerugian.
q. Asas mengatur dan memberi petunjuk
q. Asas mengatur dan memberi petunjuk
Ketentuan
hukum perdata ijbari, bersifat mengatur dan memberi petunjuk saja kepada
orang-orang yang akan memanfaatkannya dalam mengadakan hubungan perdata. Para
pihak bisa memilih ketentuan lain berdasarkan kesukarelaan asal saja ketentuan
itu tidak bertentangan dengan hukum islam
r. Asas tertulis atau diucapkan di depan saksi.
r. Asas tertulis atau diucapkan di depan saksi.
Ini
berarti bahwa hubungan perdata selayaknya dituangkan dalam perjanjian tertulis
di hadapan saksi-saksi.
4. Asas-asas Hukum Perkawinan
a. Kesukarelaan
Asas
kesukarelaan merupakan asas yang terpenting dalam perkawinan Islam, dimana
tidak hanya kesukarelaan antara calon suami isteri saja tetapi kesukarelan dari
semua pihak yang terkait.
b. Persetujuan kedua belah pihak
b. Persetujuan kedua belah pihak
Artinya
tidak boleh ada paksaan dalam melangsungkan perkawinan.
c. Kebebasan memilih
d. Kemitraan suami isteri
d. Kemitraan suami isteri
Kemitraan
ini menyebabkan kedudukan suami isteri dalam beberapa hal sama, dalam hal lain
berbeda.
e. Untuk selama-lamanya
e. Untuk selama-lamanya
Perkawinan
itu dilaksanakan untuk melangsungkan keturunan dan membina rasa cinta serta
kasih saying selam hidup.
f. Monogami terbuka
f. Monogami terbuka
Dalam
Surat an-Nisa ayat 129 dinyatakan bahwa seorang pria muslim diperbolehkan
beristeri lebih dari seorang asal memenuhi syarat-syarat tertentu.
5. Asas-asas Hukum Kewarisan
a. Asas Ijbari
5. Asas-asas Hukum Kewarisan
a. Asas Ijbari
Peralihan
harta dari seorang yang meninggal dunia kepada ahli warisnya berlaku dengan
sendirinya menurut ketetapan Allah tanpa digantungkan kepada kehendak pewaris
atau ahli waris.
b. Bilateral
b. Bilateral
Artinya
seseorang menerima hak kewarisan dari kedua belah pihak yaitu dari keturunan
laki-laki dan perempuan.
c. Asas individual
c. Asas individual
Harta
warisan mesti dibagi kepada masing-masing ahli waris untuk dimiliki secara
perseorangan.
d. Asas keadilan berimbang
d. Asas keadilan berimbang
Harus
senantiasa terdapat keseimbangan antara hak dan kewajiban, antara hak yang
diperoleh seseorang dengan kewajiban yang harus dilaksanakannya. Sehingga
antara laki-laki dan perempuan terdapat hak yang sebanding dengan kewajiban
yang dipikulnya masing-masing dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
e. Asas kewarisan akibat kematian
e. Asas kewarisan akibat kematian
Peralihan
harta seseorang kepada orang lain yang disebut dengan nama kewarisan, terjadi
setelah orang yang mempunyai harta meninggal dunia.
C.
Simpulan
Islam adalah agama yang universal yang mengatur segala perilaku
masyarakatnya secara khusus, adapun asas hukum dalam hukum islam meliputi asas
yang umum yakni asas keadilan, asas kepastian hukum, asas kemanfaatan.
Asas keadilan adalah asas yang paling pokok atau titik tolak, proses dan
sasaran hukum islam. Asas kepastian hukum adalah hukuman tidak dapat dijatuhkan
atas suatu perbuatan kecuali ada peraturan yang telah mengatur, asas
kemanfaatan, dalam melakukan keadilan dan kepastian hukum hendaknya terlihat
kemanfaatan bagi perlaku itu sendiri ataupun masyarakat lain.
Asas umum dalam islam diperinci dengan kekhususannya dalam bidang-bidamg
tersendiri yaitu dalam bidang hukum pidana, perdata, bidang hukum muamalat,
bidang hukum pernikahan/perkawinan.
Daftar Pustaka
·
Literatur
buku :
Daud Muhammad, Prof. S.H, Hukum
Islam, Rajawali Pres, Jakarta, 1998
·
Internet
:
http://gotzlan-ade.blogspot.com/2012/04/asas-asas-dalam-hukum-pidana-islam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar